Kisah Sutopo: Penarik Becak Pustaka Asal Yogyakarta

logo-18

Kabar Aksaramaya

Buku adalah jendela dunia, melalui membaca buku kita bisa tahu apa saja. Istilah tersebut berhasil menginspirasi pria yang sudah berusia lebih dari setengah abad. Namanya Sutopo atau biasa disapa Mbah Topo. Beliau adalah seorang pegiat literasi dari Yogyakarta yang mengajak orang untuk membaca dengan cara yang unik yaitu dengan mendirikan media becak pustaka.

Kesehariannya Sutopo mencari nafkah sebagai penarik becak kayuh. Apabila tidak sedang mengantarkan penumpang, pria berusia 75 tahun itu mempersilakan orang-orang untuk membaca atau meminjam buku secara gratis dari becak pustaka yang ia kelola sendiri.

Awalnya, Mbah Topo hanya membawa satu sampai dua buku saja untuk dibaca. Beliau merasa akan lebih baik ketika menunggu penumpang sembari dengan membaca dibanding tidur ataupun ngobrol. Namun, lama kelamaan, Mbah Topo membawa banyak buku di becak sederhananya, bahkan sampai 100 buku.

Bermula Dari Hobi Gemar Membaca

Sutopo sebetulnya merupakan seorang pensiunan PNS di Kodim 0734 Yogyakarta. Setelah pensiun pada tahun 2003, Sutopo memutuskan menarik becak, karena tidak ingin berhenti melakukan sebuah aktivitas. Pada sela-sela aktivitasnya sebagai penarik becak, Sutopo selalu membaca buku yang merupakan hobinya sejak remaja.

Ide Mbah Topo menyulap becaknya menjadi perpustakaan berawal hanya dari hobi semata. Awal becaknya dijadikan becak pusataka, bermula ketika Mbah Topo menerima sumbangan buku. Pada suatu siang, seperti hari-hari biasanya, beliau sedang menunggu siswa SD Tarakanita yang jadi langganan becaknya.

Saat menanti anak-anak pulang sekolah, Mbah Topo memanfaatkan waktu dengan membaca buku bawaanya. Tiba-tiba ada salah seorang ibu yang sedang menjemput anaknya mendekati dan menawarkan buku kepada Mbah Topo. Alhasil keesokannya, orang tersebut menyumbangkan 40 judul buku kepada Mbah Topo. Guna menghargai sumbangan buku tersebut, becak milik Mbah Topo kemudian dipasangi rak untuk menyimpan buku-buku itu.

Berawal dari momen di tahun 2017 itu, Mbah Topo merubah becak biasanya menjadi becak pustaka. Koleksi buku milik Sutopo kini mencapai sekitar 100 lebih dan topiknya bermacam-macam, di antaranya mulai cerita anak, pendidikan, sejarah, ekonomi, sosial-budaya, hingga kisah orang-orang sukses.

Buku-buku tersebut Sutopo dapatkan dari sumbangan para penumpang becaknya dan dari sejumlah penerbit buku. Menurut Sutopo, bahkan ada pihak penerbit yang mengajaknya ke toko buku dan mempersilakan dia untuk mengambil 40 buku secara gratis.

Pemustaka Becak Pustaka

Becak pustaka milik Sutopo menarik perhatian banyak orang dari berbagai kalangan. Bahkan para pembaca buku yang mendatangi becak pustaka Mbah Topo tersebut bermacam-macam. Mulai dari mahasiswa, pedagang pasar, pemulung, penarik becak. Mereka rata-rata membaca buku di becak pustaka tersebut karena merasa minder masuk perpustakaan yang bersih dan megah. Hal tersebutlah yang semakin menguatkan tekad dari Mbah Topo untuk meminjamkan buku-buku miliknya.

Maria Endah Susilowati selaku salah satu pelanggan setia becak pustaka mengatakan, banyak sekali pengetahuan yang didapatkan dari membaca. Mbah Topo banyak memberikan rekomendasi buku yang saya belum pernah membaca, seperti halnya buku tentang sejarah Indonesia dan tentang gereja.

Menurut penuturan Maria, Mbah Topo memang selalu memberikan informasi kepada para pemustaka becak pustakanya ketika ada buku-buku baru. Kepada para pemustakanya, beliau tak pernah membatasi orang yang ingin meminjam bukunya. Mbah Topo membebaskan, berapa pun yang ingin dipinjam, mau di baca di mana pun, dan sampai kapan pun.

Lebih lanjut Maria mengatakan, Mbah Topo hanya ingin melayani dan memberikan akses bacaan kepada semua masyarakat tanpa terkecuali, secara mudah dan gratis. Bahkan bagi pemustaka yang tidak mengembalikan buku pinjamannya, Mbah Topo mengikhlaskannya. Dalam hal ini, beliau sekaligus mendidik masyarakat untuk jujur dan mendidik karakter masyarakat menjadi lebih baik. Apabila meminjam buku yang si peminjam mempunyai kewajiban untuk mengembalikkannya.

Sutopo percaya bahwa ilmu pengetahuan akan mengubah hidupnya seseorang, karena warisan terbaik bukanlah harta, tetapi ilmu. Salah satu cara memperoleh ilmu tersebut dengan membaca. Hingga sekarang ini dengan becak pustaka, Mbah Topo sudah banyak mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak. Mbah Topo mempunyai harapan supaya masyarakat lebih rajin dalam membaca buku. Entah membaca buku dengan bantuan smartphone dan internet, namun tetaplah konsisten dalam membaca untuk menjadi pribadi yang berwawasan dan berdampak pada sekitar. Salam Literasi!

Daerah Anda ingin mengembangkan budaya literasi melalui platform teknologi perpustakaan digital? Hubungi partnership@aksaramaya.com atau 0859106725577

Salam literasi!