Tantangan-Tantangan Literasi Digital di Era Sekarang ini

logo-18

Kabar Aksaramaya

Indeks literasi digital Nasional pada tahun 2022 mengalami peningkatan. Hal tersebut menyiratkan bahwa semakin beragamnya aktivitas masyarakat yang dilakukan secara daring, sehingga menuntut kecakapan digital yang baik. Lantas, apa saja tantangan-tantangan literasi digital yang akan dihadapi oleh masyarakat Indonesia di tahun 2023 ini? Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!

Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan juga akses terhadap informasi yang semakin mudah untuk dijelajahi, keterampilan dalam literasi digital menjadi suatu hal yang sangat diperlukan, supaya manusia dapat lebih bijak dalam menyikapi dan menggunakan teknologi.

Tak dapat dipungkiri, internet menjadi kebutuhan penting bagi manusia zaman sekarang. Mulai dari kegiatan mencari sebuah informasi, bersosial media, entertainment, ataupun kebutuhan pembelajaran.

Menurut data dari Internet World Stats pengguna internet di negara Indonesia telah mencapai 212 juta lebih pengguna aktif dan dari data tersebut pula dilaporkan bahwa  kalangan anak muda yang masih bersekolah mendominasi pengguna media sosial. Berkat jumlah tersebut, Indonesia telah menduduki ranking ke 3 user internet terbanyak se-Asia. 

Namun, tingkat penetrasi internet di Indonesia belum mampu mengikuti kemampuan literasi digital yang baik oleh masyarakat, sehingga masih terdapat banyak tantangan-tantangan literasi digital di Indonesia, di antaranya:

  1. Merebaknya Informasi Palsu 

Menurut data hasil survei yang dikemukakan oleh Katadata Insight Center (KIC), sebetulnya masih ada 11,9 publik yang masih menyebarkan hoax (berita palsu). Implikasi negatif dari penyebaran hoax (berita palsu) yang provokatif, dapat menyembabkan berbagai macam opini publik, memicu kecemasan masyarakat, bahkan yang paling bahaya dapat mengakibatkan kepada perpecahan suatu bangsa.

Oleh sebab itu, setiap masyarakat harus lebih kritis, lebih jeli, dan lebih waspada dalam menerima sebuah informasi dengan cara memfilternya sebaik mungkin, dengan sumber-sumber informasi yang paling kredibel. Double check atau triple check setiap informasi yang kita dapat. Apabila kita sudah memahami dan memiliki kemampuan literasi digital yang baik, tentunya kita tidak akan bingung, apalagi sampai mempercayai semua berita yang berseliweran di media terkhusus di media sosial.

2. Konten-Konten Negatif Merajalela

Semakin marak dan merajalelanya konten negatif menjadi salah satu tantangan literasi digital di era saat ini. Contoh dari konten negative yai seperti isu SARA, pornografi, dan lain sebagainya. keterampilan seseorang dalam mengakses internet, terkhusus teknologi informasi dan komunikasi, harus diberbarengi pula dengan literasi digital, sehingga seseorang tersebut dapat mengetahui, perbedaan antara konten yang mempunyai nilai positif dengan konten yang memiliki nilai negatif.

3. Maraknya Investasi Ilegal

Masih banyaknya masyarakat Indonesia yang cenderung termakan oleh iming-iming bonus investasi yang sangat besar serta cepat, tetapi nyatanya pada akhirnya menjadi korban penipuan. Apalagi saat ini semakin banyak bermunculan oknum-oknum yang menawarkan investasi bodong dengan begitu mudah melalui perantara media sosial. 

Dampak perkembangan teknologi yang cepat, mengakibatkan perilaku masyarakat yang cenderung konsumtif, sehingga menjamurnya tren investasi ilegal di Indonesia. Meskipun begitu dari pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan, bahwa tingkat inklusi keuangan di Indonesia meningkat pada tahun 2019 mencapai 76,19%, tetapi sayangnya tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia tergolong masih rendah yakni 38,03%. 

4. Pengajar yang Kurang Melek Teknologi

Pada revolusi industri seperti sekarang ini, seorang guru dituntut untuk mengikuti laju perkembangan teknologi. Oleh sebab itu, sebagai pelengkap pada keterampilan mengajar umum, beberapa keterampilan baru perlu ditanamkan pada seorang guru untuk memantapkan perannya secara efektif sebagai fasilitator pendidikan.  

Namun, melihat pesatnya laju perkembangan teknologi membuat para guru khususnya yang sudah berusia lanjut, menajdi gagap teknologi dan merasa kesulitan dalam beradaptasi. Proses kegiatan pembelajaran yang umumnya dilakukan secara offline dengan metode konvensional, mau tidak mau harus menerapkan metode pembelajaran baru, misalnya pembelajaran daring dengan mengaplikasikan bermacam-macam platform seperti Zoom meeting, Google Meet, dan lainnya.

Oleh sebab itu, sebagai individu yang mengabdikan diri di dunia pendidikan, sekiranya perlu meningkatkan digital skill yang baik. Peningkatan tersebut ada, supaya bisa menghadapi pembelajaran di abad 21 dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih efefktif dan efisien via Kerangka Desain Pembelajaran Abad 21.

5. Banyaknya Praktik Pinjaman Online Ilegal (Pinjol)

Efek jangka panjang adanya pandemi COVID-19, mengakibatkan kondisi perekonomian semakin sulit. Alhasil membuat beberapa masyarakat tergiur untuk melakukan transaksi pinjaman online (pinjol) yang marak di internet.

Faktor penyebab adanya pinjaman online (pinjol) adalah karena rendahnya tingkat literasi digital dan juga disertai rendahnya literasi keuangan yang membuat seseorang maupun masyarakat yang sudah berumah tangga, tergiur untuk menempuh jalan pinjol ilegal dengan iming-iming pinjaman yang mudah dan cepat. Selain itu, kasus pinjol ilegal disebabkan pula karena dampak kecanduan akan judi online, sehingga membuat orang membutuhkan dana yang relative cepat tanpa menghiraukan dampak jangka panjangnya.

Nah, itu tadi tantangan-tantangan literasi digital yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia di tahun 2023 ini. Semoga melalui pembahasan di artikel ini, dapat memberikan pandangan baru seputar perkembangan literasi digital di Indonesia. Salam Literasi!

Daerah Anda ingin mengembangkan budaya literasi melalui platform teknologi perpustakaan digital? Hubungi partnership@aksaramaya.com atau 0859106725577