Festival Literasi Osing: Upaya Hidupkan Kembali Budaya Lokal kepada Anak-Anak

logo-18

Kabar Aksaramaya

Rabu, 14 Desember 2022, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan Festival Literasi Osing yang diadakan di Gedung Juang 45 Banyuwangi. Tujuan acara Festival Literasi Osing ini digelar yaitu sebagai upaya dalam melestarikan adat istiadat suku Osing. Selain itu untuk mendorong ketrampilan dan kecintaan anak-anak Banyuwangi pada budaya lokal terutama terhadap bahasa Osing.

Acara Festival Literasi Osing sendiri diikuti oleh ratusan siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) se-Kabupaten Banyuwangi. Para siswa SD tersebut tidak cuma dikenalkan dengan beragam karya tulis berbahasa Osing. Namun, juga diajak untuk berdongeng dan teater dengan menggunakan bahasa khas Wong Blambangan tersebut.

Pembukaan acara Festival Literasi Osing dibuka langsung oleh Ipuk Fiestiandani selaku Bupati Banyuwangi dengan menyapa anak-anak yang hadir di lantai tiga Gedung Juang 45 Banyuwangi tersebut. Pada kesempatan yang sama tersebut, terdapat beberapa budayawan yang giat dalam menyampaikan cerita rakyat Banyuwangi di anataranya dari Killing Osing, Aekanu Hariyono, yang juga hadir untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk bercerita tentang khazanah budaya Banyuwangi. Selain itu juga ada sesi penyerahan buku berjudul Sri Tanjung hidup kembali oleh Budayawan dan Pengamat Adat Tradisi Osing kepada Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di acara Festival Literasi Osing tersebut.

Ipuk Fiestiandani selaku Bupati Banyuwangi menyampaikan dalam sambutannya, berkat Festival Literasi Osing tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan bisa mendorong anak-anak untuk menjaga budaya Osing, sekaligus untuk menstimulasi anak terkait literasi Osing dengan cara yang lebih menyenangkan dan mengasyikkan.

Menurut Ipuk, bahwa acara Festival Literasi Osing tersebut, tidak sekedar untuk melestarikan bahasa Osing, namun juga untuk menstimulasi anak-anak di Banyuwangi untuk lebih gemar membaca buku. Anak-anak diajak gemar membaca melalui cara lain yaitu mendongeng, teater dan lain sebagainya.

Seperti halnya mendongeng ataupun teater juga merupakan sebuah bentuk literasi. Berkat mendongeng atau tampil di pentas teater, dengan sendirinya anak-anak akan membaca. Anak-anak akan membaca untuk mencari referensi maupun ide apa yang akan mereka sampaikan.  

Lebih lanjut, Ipuk Fiestiandani menyampaikan, bahwa harapan kedepannya yaitu ada perubahan terhadap perilku literasi, terutama di sekolah-sekolah, terlebih berdasarkan data yang ada, tingkat literasi di Indonesia sendiri masih rendah. Harapan lainnya adalah upaya dalam peningkatan literasi harus terus dilakukan secara berkesinambungan, baik dengan cara membaca, menulis, mendongeng, maupun menari dan lain-lain. Sepatutnya sebagai masyarakat osing, harus memahami budayanya sendiri.

Suratno selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi mengatakan, acara Festival Literasi Osing merupakan sebuah upaya pelestarian warisan budaya Osing sedari kecil. Tujuan dari acara festival ini agar kultur osing-nya tetap terjaga. Penekananannya literasi disini lebih kepada dolanan (bermain), sehingga anak-anak dapat belajar budaya Osing dengan lebih menyenangkan.

Selain itu, tindak lanjut pasca digelarnya acara Festival Literasi Osing ini adalah dengan diberikan buku sebagai bahan ajar pendidikan bahasa Osing di sekolah-sekolah di Banyuwangi. Buku tersebut dipersembahkan bagi sekolah-sekolah di seluruh Banyuwangi sebagai solusi sekaligus wahana guna mengakselerasi kualitas budaya literasi dan muatan lokal budaya osing.

Daerah Anda ingin mengembangkan budaya literasi melalui platform teknologi perpustakaan digital? Hubungi partnership@aksaramaya.com atau 0859106725577

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *