Literasi Gizi Guna Mencapai Pemenuhan Gizi Seimbang Masyarakat

logo-18

Kabar Aksaramaya

Persoalan malnutrisi yang masih tinggi di Indonesia disebabkan oleh rendahnya literasi gizi di masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, edukasi perihal konsumsi gizi yang seimbang perlu diperluas secara merata di masyarakat sampai ke daerah-daera pelosok di Indonesia.

Rusmarni Roesli selaku Ketua Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas) menyampaikan, bahwa negara Indonesia masih mengalami beban ganda gizi yang cukup tinggi.

Selain masih banyaknya masyarakat yang menderita akibat kekurangan gizi, jumlah masyarakat yang mengalami obesitas pun juga tinggi. Selain itu, literasi gizi di masyarakat juga masih rendah. Hal tersebut menyebabkan asupan makanan dan minuman menjadi tidak baik.

Bahkan, banyak warga yang lebih memilih mengonsumsi makanan instan dan makanan dengan kadar garam, gula, dan lemak yang tinggi, daripada makanan sehat.

Pada sebuah survei lapangan yang dilakukan oleh Kopmas di beberapa daerah, tidak sedikit orang tua yang cuma memberikan makanan kepada anaknya dengan pangan yang tinggi akan karbohidrat, tetapi minim protein.

Selain itu, masih banyak juga yang menjadikan produk kental manis sebagai minuman pengganti susu. Padahal, produk kental manis itu bukanlah susu, malahan banyak mengandung kadar gula yang tinggi.

Profesor Ahmad Sulaeman selaku Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi, Fakultas Gizi dan Ekologi Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, pemenuhan gizi seimbang masyarakat Indonesia masih belum terpenuhi, karena pola konsumsi yang bervariasi dan masih rendahnya literasi gizi.

Padahal literasi gizi itu sangatlah penting dalam memenuhi gizi seimbang. Apabila seseorang kurang dalam pemahaman mengenai literasi gizi, maka bisa mengakibatkan tidak mampunya seseorang tersebut mengolah informasi dalam menentukan apa yang harus dimakan.

Bahkan faktanya dari data yang dikemukakan oleh World’s Most Literate Nations, bahwa tingkat literasi Indonesia secara umum berada pada urutan kedua terbawah, yakni di peringkat 60 dari 61 negara di dunia.

Artinya kesadaran masyarakat dalam membaca, memahami informasi, dan mencari tahu, termasuk masalah gizi masih sangatlah rendah. Padahal literasi gizi itu membantu seseorang dalam memperoleh dan mengelola informasi gizi yang berguna untuk menentukan gizi yang tepat.

Berbagai penelitian pun juga menunjukkan bahwa pengetahuan gizi sangat berdampak kepada pemilihan, persepsi, dan pola makan dari masyarakat yang ujung-ujungnya mempengaruhi status gizi. Berawal dari persepsi tersebut akan berimbas kepada perilaku gizi seseorang.

Contohnya saja dengan pengetahuan gizi yang kurang, maka bisa mengakibatkan berbagai hal tabu dan larangan, di antaranya seperti melewatkan sarapan, prioritasi makanan yang keliru, takut menggunakan bahan-bahan penyedap makanan, mengalami kelaparan padahal makanan sedang melimpah, dan pemahaman belum makan kalau belum ada makan nasi.

Guna meningkatkan pencapaian dan pemenuhan gizi seimbang bagi masyarakat Indonesia, Prof. Sulaeman memberikan bebebarap tips ketika seseorang membeli produk kemasan supaya lebih teliti, sehingga tidak cuma memperolah rasa kenyang saja, tetapi juga bisa memenuhi kebutuhan gizi.

Tips pertama, bacalah label yang ada pada kemasan pada produk makanan tersebut. Perhatikan kandungan-kandungan nutrisi yang terdapat di sana dengan seksama. Contohnya saja berapa kandungan lemak totalnya, berapa kandungan energi yang diperoleh, dan vitamin-vitamin yang terkandung dalam produk tersebut.

Tips kedua, perhatikanlan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terlebih dahulu. Sebab ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada label izin edar BPOM yang ada pada makanan produksi lokal atau impor tersebut.

Jika makanan tersebut produksi lokal, maka akan ada tulisan MD (Makanan Dalam), sementara untuk makanan impor tertulis ML (Makanan Luar). Jadi artinya makanan tersebut sudah sah dan telah diperiksa oleh pihak BPOM.

Tips ketiga, perhatikanlah komposisi yang digunakan dalam proses pengolahan produk makanan tersebut. Terkadang ada makanan atau minuman yang menggunakan pewarna, perisa, dan pengawet.

Oleh karena itu, harus dilihat dengan hati-hati dan seksama apakah bahan-bahan tersebut aman dikonsumsi dan digunakan. Sebab, komposisi itu penting, karena barangkali ada seseorang yang mempunyai alergi tertentu.

Tips keempat dan terakhir, perhatikan masa kadaluwarsa dari produk makanan. Mengonsumsi makanan ataupun minuman yang sudah kadaluwarsa, bisa mengakibatkan terganggunya sistem pencernaan. Salam Literasi!

Daerah Anda ingin mengembangkan budaya literasi melalui platform teknologi perpustakaan digital? Hubungi partnership@aksaramaya.com atau 0859106725577