Mencetak Generasi Damai Melalui Peran Literasi Keluarga yang Kuat dan Berkelanjutan

logo-18

Kabar Aksaramaya

Tidak bisa dipungkiri, kehadiran globalisasi membuat generasi muda saat ini mengalami interaksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat perlu mempersiapkan anak muda yang mencintai perdamain sejak dini melalui literasi keluarga.

Menghormati perbedaan agama, ekonomi, sosial, penampilan fisik, kemampuan, dan minat ialah sebuah aspek penting dalam menciptakan iklim lingkungan yang damai baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat.

Perdamaian ialah sebuah komitmen yang mengakar pada prinsip-prinsip keadilan, kebebasan, kesetaraan, dan solidaritas diantara semua manusia serta keharmonisan dengan lingkungannya. Sebab damai adalah sesuatu hal paling berharga milik manusia.

Budaya damai harus dibangun sejak dari keluarga, sehingga anak akan belajar tentang menghormati orang lain dan melindungi orang yang lemah. Namun, orangtua mesti hati-hati pula, karena keluarga dapat menjadi tempat anak belajar prasangka buruk, kebencian, dan kekerasan.

Perdamaian bisa dikatakan, tercipta apabila warga mempunyai sikap dan perilaku saling tolong-menolong, saling menghargai, menyayangi, tidak saling mencurigai, bertetangga dengan baik, menghormati perbedaan pendapat, dan membela yang teraniaya.

Indonesia sendiri merupakan salah satu bangsa yang banyak mempunyai keanekaragaman, baik budaya, adat, suku, hayati, bahasa, maupun agama. Apabila sejak dini anak telah memiliki sikap saling menghargai dan menerima keberadaan orang lain, maka perdamaian akan tercipta.

Semestinya, keberadaan keanekaragaman tidak membuat hubungan interaksi antara sesama menjadi terpecah. Jika ditelusuri lebih lanjut, banyak anak muda sekarang yang mudah marah dan menghina orang lain, memiliki rasa pendendam, senang bersilat lidah dan berat untuk memaafkan atau meminta maaf.

Keluarga adalah pusat perubahan Indonesia dan orang tua sebagai panutan, teladan, pemberi semangat, pembentuk karakter anak, dan sumber cahaya utama dalam menerangi pengetahuan anak. Sebab orang tua memiliki tanggung jawab penuh dalam menjadikan anak supaya mampu menjaga perdamaian.

Anak akan lebih banyak belajar dan meniru perilaku damai dari cara orang tua berbicara, melihat masalah, dan merespon tantangan. Sebagai orang tua, sepatutnya harus mencontohkan kebaikan,saling pengertian, dan memiliki sikap empati antar sesama.

Apabila, orang tua mencontohkan agresi dan intoleransi, tentu anak akan meniru untuk tidak toleran dan agresif. Jika anak memperoleh kehidupan yang adil, tentunya secara tidak langsung anak sudah belajar keadilan. Apabila anak hidup dengan persahabatan,tentunya secara tidak langsung anak belajar menemukan cinta di dunia.

Tujuan membangun budaya damai adalah mengajarkan anak untuk berpikir kritis. Anak akan belajar dengan baik, saat anak terlibat langsung dalam proses. Maka dari itu, peran literasi keluarga sangat penting untuk mencetak generasi damai sejak dini.

Secara definisi, literasi keluarga merupakan salah satu kekuatan dalam membentuk kepribadian anak. Penanaman kepribadian yang baik harus dilaksanakan sejak dini, utamanya penanaman rasa persatuan dan kesatuan sebagai anak bangsa.

Sebab, kepribadian yang baik bagi generasi bangsa akan menentukan arah kehidupan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Melalui literasi keluarga, nilai-nilai pancasila harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini.

Literasi keluarga mempunyai peran penting dalam membangun budaya damai pada anak, terutama pada anak usia dini. Literasi keluarga menjadi salah satu proses yang menentukan kepribadian bangs aitu sendiri.

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan keluarga dalam membangun budaya damai kepada anak-anaknya dengan literasi, di antaranya adalah melalui penanaman nilai-nilai multikultutal pada anak, menghargai segala bentuk perbedaan pendapat, dan menjadi penengah saat terjadi konflik yang berkaitan dengan agama, suku, dan ras.

Orang tua bisa menerapkan literasi keluarga pada anak dengan berbagai cara, contohnya dengan memberikan kesempatan pada anak untuk mendengarkan orang tuanya, saling bercerita dengan melihat gambar-gambar, membaca tentang konsep perdamaian, mendiskusikan hasil bacaan, dan memberikan hadiah kecil atau pujian sesudah anak membaca.

Apabila seorang anak membaca lebih dari sekali dalam sehari. Maka hal tersebut akan mempunyai dampak positif yang substansial pada karakter dan pengetahuannya. Berkat literasi keluarga, orang tua tidak hanya akan berhasil membangun pengetahuan bagi anak. Namun, akan berhasil membangun budaya damai, bahkan bisa mencetak generasi damai.

Sebab anak yang sukses bukanlah anak yang memperoleh hasil penilaian tertinggi, melainkan anak yang paling jujur, saling menghormati antar sesam, pandai bergaul, kreatif, toleransi, mempunyai sikap nasionalisme dan mampu menjaga perdamaian. Sudah saatnya setiap keluarga di Indonesia, bergerak menyusun program literasi supaya  tercipta perdamaian ditengah-tengah masyarakat. Salam Literasi!

Daerah Anda ingin mengembangkan budaya literasi melalui platform teknologi perpustakaan digital? Hubungi partnership@aksaramaya.com atau 0859106725577