Perahu Pustaka Pattingalloang: Penerjang Ombak, Penebar Keilmuan

logo-18

Kabar Aksaramaya

Perahu selain berfungsi sebagai alat transportasi, juga bisa digunakan sebagai alat bantu dalam menebarkan ilmu pengetahuan, seperti halnya Perahu Pustaka Pattingaloang. Perahu pustaka ini berlayar di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Sang inisiator dari Perahu Pustaka Pattingaloang ini adalah Ridwan Alimuddin yang seorang aktivis lingkungan dan sekaligus penulis lepas. Perahu yang digunakan oleh Ridwan ini dimanai dengan Karaeng Pattinggalloang yang diambil dari nama Perdana Menteri Kerajaan Gowa Tallo.

Armada Perahu Pustaka Pattingaloang pertama kali berlayar pertama kali pada tanggal 23 Mei 2016, pada sebuah acara Makassar International Writers Festival dan bertepatan di Hari Buku Sedunia. Pelayaran perahu ini dimulai dari Pantai Pambusuang, Sulawesi Barat, lalu mengitari Laut Makassar sampai ke Laut Flores, di Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara.

Sesudah 2 malam melewati perairan Selat Makassar dari Pambusuang. Perahu layar bercadik yang berjenis Ba’go dan dibantu 2 unit mesin motor 13 PK ini singgah ke Pantai Losari, Makassar. Hal tersebut dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan logistik pelayaran untuk menuju Pulau Kabaena dan Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Pelayaran dari Perahu Pustaka Pattingaloang ini sudah menyeberangi lautan dari pulau ke pulau yang berada di Polewali Mandar dan sekitarnya. Terhitung sampai sekarang, armada perahu pustaka ini telah berlayar ke tiga provinsi, di antaranya Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.

Faktanya, perahu yang digunakan untuk perpustakaan mengapung ini merupakan hasil donasi dari teman dekat Ridwan dan kenalan di media sosialnya. Selain itu, perahu pustaka ini juga mampu membawa sekitar 10 ribu buku yang mayoritas buku-bukunya diperuntukkan untuk anak-anak, karena target utama pemustaka adalah anak-anak pesisir.

Perahu Pustaka Pattingaloang sedikitnya membawa 4.000 buah buku milik koleksi pribadi Ridwan. Buku-buku yang dibawa, di antaranya meliputi majalah, komik, novel, sampai buku-buku materi pelajaran. Semua koleksi bacaan tersbut selalu diserbu oleh para anak-anak di beberapa pulau tujuan, seperti di Pulau Pantai Bahari, Sendana, Pamboang, Malunda, Battoa, dan Bala Polman.

 

Sementara itu, kru dari Perahu Pustaka Pattingaloang ini juga memberikan hiburan berupa dongeng cerita-cerita unik dengan berbekal boneka sederhana, supaya bisa mencairkan suasana, dan agar lebih santai.

Aksi menyebarkan budaya membaca dan keilmuan melalui perahu, pastinya juga diikuti dengan adanya tantangan dari alam. Misalnya saja kegiatan ynag dilangsungkan oleh Perahu Pustaka Pattingaloang ini sangat memerlukan perhitungan cuaca dan kondisi laut. Sebab, keselamatan menjadi sebuah syarat utama, supaya buku-buku bisa diterima dengan baik oleh penduduk pulau dan anak-anak.


Guna untuk menyiasati perihal cuaca, Perahu Pustaka Pattingaloang tidak akan berlayar ketika musim angin kencang atau musim barat yang umumnya terjadi pada bulan Desember hingga Februari. Selain itu, hal yang menjadi tantangan bagi Perahu Pustaka Pattingaloang adalah jauhnya jarak antar lokasi pulau kecil. Contohnya saja, seperti di Kepulauan Spermonde di bagian barat dari Sulawesi Selatan yang jarak tempuhnya lebih dari 100 km dan membutuhkan waktu 24 jam berlayar.

Meskipun, biaya operasional yang meliputi bahan bakar dan upah pelaut menjadi kendala. Perahu Pustaka Pattingaloang akan terus bergerak menebarkan ilmu pengetahuan kepada anak-anak sepanjang tahun. Sebab misi utama dari perahu pustaka ini sangatlah mulia dan penting yaitu untuk membuka akses bacaan berkualitas kepada seluruh anak-anak Indonesia tanpa terkecuali. Salam Literasi!

Daerah Anda ingin mengembangkan budaya literasi melalui platform teknologi perpustakaan digital? Hubungi partnership@aksaramaya.com atau 0859106725577