Sejarah Singkat Jejak Literasi di Indonesia

logo-18

Kabar Aksaramaya

Konon katanya banyak yang mengamini, bahwasannya jejak literasi di indonesia telah ada sejak jaman dahulu kala. Misalnya saja, seperti terdapat peninggalan gambar-gambar dan tulisan-tulisan di goa prasejarah, ataupun adanya jejak tulisan yang ada di dalam berbagai prasasti dan candi-candi di jaman kerajaan nusantara.

Sesungguhnya, menelusuri jejak literasi di Indonesia memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang, bahkan sampai melampaui peluncuran pertama kali memgenai global literacy effort oleh UNESCO pada tahun 1946.

Menurut para antropolog, arkeolog, dan filolog, bahwa literasi tulis-menulis di Indonesia sudah mulai berkembang sejak abad 5 masehi sejak kehadiran bangsa Hindu dan Budha. Selain itu, dalam sebuah catatan di abad 13, kehadiran agama Islam di Nusantara juga mempengaruhi perkembangan dunia literasi Indonesia.

Pada masa Hindu dan Budha sudah dikenalkan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta. Bahkan, pada era Islam pun berkembang pula bahasa Arab dengan aksara Arab-Jawa dan Arab-Melayu. Sedangkan menurut penuturan beberapa arkeolog, literasi literasi gambar sudah ada pada masa pra sejarah ribuan tahun yang lalu. 

Setelah itu, pada zaman kolonial, sahabat literasi pasti sudah mengenal bagaimana literasi semakin dikembangkan dengan masifnya. Salah satunya yaitu R.A. Kartini yang rajin membaca buku dan menulis sebuah buku berjudul “Habis Gelap, Terbitlah Terang”.

Maka dari itu, tidak heran lagi bila pada masa Kemerdekaan Indonesia, Bung Sukarno sangat bersemangat membangun negara Indonesia dengan tak lagi mengangkat senjata. Namun diganti dengan mengangkat buku dan pena memberantas buta huruf dikalangan masyarakat biasa.

Tahun 1948-an

Pada tanggal 14 maret 1948, pemerintah mencanangkan sebuah program Pemberantasan Buta Huruf (PBH), walaupun kondisi waktu itu masih dalam keadaan genting perang. Proses pelaksanaan PBH tersebut, ternyata kegiatannya bisa terlaksana di banyak tempat, bahkan sampai 18.663 lokasi. dengan melibatkan guru dengan jumlah 17.822 orang dan murid dengan jumlah 761.483 orang.

Sedangkan untuk penyelenggaraan secara swadayanya, dilakukan pula di sekitar 881 lokasi dengan melibatkan guru berjumlah 515 orang dan murid berjumlah 33.626 orang. Setidaknya berkat program PBH tersebut bisa menekan angka 90% buta huruf menjadi turun sampai 40%. Sampai tahun 1960-an.

Tahun 1966-an (Masa Orde Baru)

Perjalanan dunia literasi Indonesia berlanjut pada masa Orde Baru, yaitu dengan dicanangkannya program pemberantasan buta huruf dengan sebutan Program Paket ABC. Program tersebut sangat berbeda dengan program sebelum-sebelumnya yang pada prakteknya memobilisasi besar massa secara besar-besaran untuk kegiatan pemberantasan buta aksara. Namun, Program Paket ABC ini cenderung lebih mengandalkan birokrasi pemerintah.

Tahun 1972-an

Selanjutnya pada tahun 1972-an, perjalanan literasi di Indonesia berlanjut dengan dicanangkan program Aksarawan Fungsional. Program tersebut adalah sebuah program pemberian pelajaran menulis, membaca, berhitung dan keterampilan-keterampilan tertentu. Pada tahun tersebut program Aksarawan fungsional yang sebetulnya sudah dilakukan sejak masa Orde Lama, semakin direvisi dan diperbarui agar dapat mengurangi jumlah masyarakat yang masih buta akan huruf.

Tahun 1975-an

Kemudian pada tahun 1975-an, dilaksanakan sebuah program kegiatan inovasi pendidikan. Program inovasi tersebut, di antaranya seperti pendidikan di semua jenis dan tingkat pendidikan di dalam pendidikan formal ataupun di pendidikan luar sekolah (non formal).

Pada kegiatan inovasi pendidikan ini ada sekitar 25 poin yang salah satu poin terpentingnya ialah program wajib belajar (Wajar). Pada tanggal 2 Mei 1984, presiden Soeharto menetapkan program wajib belajar (Wajar) secara langsung. Program Wajar tersebut dikhususkan kepada anak-anak yang berusia 7 – 12 tahun, yakni usia sekolah dasar ataupun sederajat.

Demikianlah tadi pembahasan menganai jejak sejarah perkembangan literasi di Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa literasi yang bertujuan agar masyarakat Indonesia melek akan aksara, memanglah sudah ada sejak lama. Bahkan sudah dilakukan di setiap zamannya masing-masing dan selalu berubah serta berkembang. Meskipun berbeda-beda cara penyampainnya di setiap zaman, akan tetapi tetap satu tujuan utama. Salam Literasi!

Daerah Anda ingin mengembangkan budaya literasi melalui platform teknologi perpustakaan digital? Hubungi partnership@aksaramaya.com atau 0859106725577