MOCO, pelopor pasar eBook di Indonesia

Industri buku di Indonesia memasuki babak baru dengan semakin berkembangnya pasar eBook atau buku digital. 

Adalah Aksaramaya, perusahaan yang berinisiatif meluncurkan aplikasi MOCO yang merupakan aplikasi social reading pertama di Indonesia. Melalui MOCO, semua orang bisa membaca eBook di mana saja dan kapan saja melalui gawai yang mereka miliki.

Akan tetapi, mengembangkan pasar eBook di Indonesia tidaklah semudah membalik telapak tangan. Dalam talkshow yang diadakan di panggung Indonesia International Book Fair 2016 pada hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2016, Sulasmo Sudharno selaku CEO Aksaramaya mengaku kalau dirinya hampir menyerah menjalani bisnis buku digital ini. Hal ini disebabkan berbagai inovasi yang dilakukan melalui MOCO kurang mendapat respon dari masyarakat. Padahal inovasi yang dibuat memudahkan masyarakat untuk membaca buku digital seperti kemudahan melakukan top up poin MOCO untuk membeli ebook hingga berbagai promo ebook gratis dalam jangka waktu tertentu. Revenue yang di dapat dari top up poin hanya mencapai angka 30 juta rupiah. Tentu saja ini bukan jumlah yang baik dalam sebuah bisnis.

Hingga akhirnya, Sulasmo dipertemukan dengan Ajang S Pinem yang waktu itu menjabat sebagai Kepala Kantor Perpustakaan Dan Arsip Kota (KPAK) Jakarta Pusat. Pertemuan itu mengantarkan Sulasmo bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta,  untuk mempresentasikan konsep Perpustakaan Digital. Respon positif langsung diberikan Gubernur DKI Jakarta dan langsung memberi tantangan untuk segera melaunching aplikasi perpustakaan digital tersebut. Namun masalah belum selesai, karena hingga mendekati peluncuran, belum banyak konten buku digital yang masuk. Hal ini terjadi karena banyak penerbit yang belum percaya untuk menitipkan konten digital mereka pada perusahaan yang belum lama eksis di industri penerbitan tanah air. Hingga akhirnya, Aksaramaya berhasil meyakinkan Gramedia Group Of Publishing untuk menitipkan konten digital mereka. Masuknya Gramedia Group of Publishing diikuti dengan penerbit-penerbit lainnya. Hingga lahirlah iJakarta, sebuah aplikasi perpustakaan digital yang memungkinkan masyarakat untuk meminjam dan membaca ribuan koleksi buku digital secara gratis

Pesatnya pertumbuhan iJakarta, menarik minat lembaga-lembaga dan instansi pemerintahan lainnya untuk membuat aplikasi perpustakaan digital sebagai bagian dari program mereka. Hingga kini, Aksaramaya telah melahirkan iPusnas yang bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI, iJogja yang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta, iPekanbaru yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pekanbaru, iSukabumi yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Sukabumi, iKaltim yang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, iSantri yang bekerja sama dengan Kementerian Agama dan masih banyak lagi perpustakaan digital milik pemerintah kota lainnya. Banyaknya kerjasama untuk menghadirkan perpustakaan digital ini tentu saja menumbuhkan harapan yang cerah bagi industri penerbitan di tanah air.

Dalam talkshow yang dipandu oleh Hilbram Dunar sebagai moderator, juga menghadirkan beberapa narasumber lainnya seperti Ajang S Pinem selaku Kepala Kantor Perpustakaan Dan Arsip Kota (KPAK) Jakarta Barat, Joko Santoso dari Perpustakaan Nasional dan Wandi S Brata dari Gramedia Group Of Publishing. Dalam kesempatan tersebut, Wandi S Brata menyampaikan kalau selama ini banyak penulis yang mengeluh sulit untuk menerbitkan karya mereka di Gramedia. Hal ini terjadi karena Gramedia memiliki standar untuk menerbitkan buku-buku yang bermutu. Dengan semakin berkembangnya pasar buku digital, Gramedia akan membuka lebih banyak kesempatan bagi para penulis untuk menerbitkan karya mereka secara digital. Tapi tentu saja dengan catatan, karya tersebut haruslah karya yang bermutu, baik dan valid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *